Babin Berjibaku Percepat Vaksin di Pelosok Bumi Sikerei

Jumat, 15 November 2024 pada 09:37

Ditulis : Zulia Yandani (Lia)

Pulau Siberut, Pulau ini adalah yang terbesar di Kepulauan Mentawai. Lokasinya sekitar 150 km sebelah barat Samudera Hindia. Wilayah ini menjadi rumah bagi suku Mentawai. Di dalamnya ada hutan hujan dan primata-primata, seperti langur, bilou, dan lain-lain.
Pei pei...salah satu dusun kecil di Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Dusun yang berada di bibir laut lepas, Perairan Samudera Hindia. Pei pei, salah satu potret dusun di Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan segala keterbatasan fasilitas. Listrik, jaringan telepon, jaringan internet sulit di dapat. Kadang ada, sering tidak ada. Tak ada kendaraan umum untuk bisa ke sekolah atau ke Puskesmas. Kemana mana hanya bisa jalan kaki atau menggunakan perahu kecil atau boat dengan merogoh kocek cukup dalam.

Untuk sampai ke Pei Pei, perlu waktu 4 jam dari Padang dengan kapal cepat. Atau seharian dengan Kapal ambu ambu dan singgah dulu di Siberut Selatan. Kemudian perjalanan di lanjutkan dengan perahu kecil yang memakan waktu dua hingga tiga jam untuk bisa sampai di Pei pei. Perjalanan akan semakin lama atau tertunda jika cuaca buruk.

Perahu atau boat terbalik sudah jadi makanan sehari hari warga disini. Inilah salah satu potret daerah tempat Bripka Eliot Boyken Tamba,SH mengabdi sebagai Bhabinkamtibmas, di Kecamatan Siberut Barat daya. Pei pei salah satu daerah penugas nya sejak 14 tahun yang lalu.

Nasib baik saya bisa bertemu dengan polisi yang satu ini. Jangankan untuk bertemu langsung, berkomunikasi dengan telepon saja sangat sulit. Dikirim pesan singkat hari ini, pesan baru diterima beberapa hari kemudian. Itupun jika ada jaringan atau wifi yang biasanya baru aktif tengah malam. Jaringan telepon disini memang kerap rusak. Listrikpun baru hidup sore hari.

Pei pei masuk bagian desa Sagalubeg. Merupakan salah satu daerah tersulit tempat penugasannya sebagai babin. Daerah yang paling sulit di jangkau di Kecamatan Siberut Barat Daya adalah desa Sagalubeg. Ada 9 dusun di daerah ini. 6 desa untuk sasaran vaksinasi covid 19 ini tidak bisa di lalui dengan kendaraan dan harus berjalan kaki. Jika naik boat membutuhkan waktu 2,5 hingga 3 jam dari Polsek Siberut Selatan ke Sagalubeg, itupun jika cuaca bagus. Bahkan perahu yang ditumpangi terpaksa berbalik kembali ke Pei Pei atau ke Teleleu jika ditengah jalan ombak tinggi dan badai.

Itulah yang dialami babin dan tenaga vaksinator ketika ingin melakukan kegiatan vaksinasi covid 19 ke dusun dusun. Persiapan vaksinasi kedusun dusun harus dipersiapkan dengan matang jauh jauh hari. Faktor cuaca menjadi pertimbangan utama. Setelah jadwal vaksinasi direncanakan, kepala dusun mengumpulkan warga untuk di vaksin disuatu tempat, biasanya dikantor desa setempat. Saat sampai dilokasi vaksinasi, biasanya kepala dusun akan menerjemahkan terlebih dahulu apa itu vaksin dan manfaatnya. Dari bahasa Indonesia di terjemahkan kembali menggunakan bahasa Mentawai. Karena warga banyak yang tidak mengerti dan tidak bisa berbahasa Indonesia.
Dari 6 dusun yang tingkat kesulitannya tinggi, tak jarang babin, dan vaksinator gagal menerjang ombak . Kegiatan vaksinasi harus terus dilakukan. Sehingga vaksinasi bisa dipindahkan secara mendadak ke daerah sekitar yang cuacanya bisa ditembus jalur laut. Dusun Teleleu dan Katurei yang agak aman ombaknya, menjadi salah satu pilihan di banding daerah daerah lainnya. Sehingga daerah ini lebih dulu warganya di vaksin.
Namun jika sudah berhasil menembus ombak dengan boat atau perahu dengan memakan waktu 2-3 jam, tak jarang babin dan tenaga vaksinator terpaksa bertahan hingga seminggu dilokasi. Karena untuk balik, cuaca buruk, ombak tinggi dan badai sehingga dijadwalkan semula vaksinasi selama 3 hari menjadi seminggu menunggu hingga cuaca bersahabat.
Untuk menunggu cuaca membaik, babin dan tenaga vaksinator berinisiatif melakukan vaksinasi door to door ke rumah rumah warga sampai tengah malam. Pendataan warga yang sudah di vaksin dilakukan dengan manual karena kendala jaringan telepon dan internet.
Babin yang adiknya juga polisi bertugas di Mentawai ini mengatakan : sulitnya kondisi geografis untuk memvaksin warga di pelosok, jauh dari tekhnologi, jalan kaki berkilo kilo meter, naik motor dengan jalan berlumpur yang ektrim, dan mengarungi ombak 2- 3 jam, baginya sungguh sebuah kenikmatan. Ia tak terlintas minta pindah tugas dari bumi Sikerei ini. Berkali kali ia mengatakan sungguh nikmat melakukan vaksinasi masuk ke pelosok pelosok Mentawai. Ia merasakan makin mencintai tanah air ini, dengan bertugas di daerah 3T
Merinding dan terharu yang saya rasakan ketika Bripka Eliot Boyken Tamba,SH menyatakan nikmatnya berjibaku mempercepat vaksinasi di Bumi Sikerei. Jiwa nasionalismenya sangat terasa dan tak bisa di sampaikan dengan kata kata. Cintaku akan Mentawai dan cintaku pada Tanah Air. Kabupaten Kepulauan Mentawai juga bagian dari NKRI.

Bagaimana mengentri data warga yang telah di vaksin?
Awal vaksinasi, sejumlah pihak mengkhawatirkan bagaimana pelaksanaan vaksin di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Rata rata daerah Mentawai merupakan pulau pulau dan sulit dijangkau.
Namun Kabupaten Kepulauan Mentawai ternyata bisa lebih dulu mencapai 70 persen warganya yang di vaksin. Sehingga lebih dulu melakukan vaksin untuk anak dan vaksin ke tiga atau booster. Banyak pihak termasuk saya, surprise dengan capaian vaksin di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Geografis yang sulit tak mengurangi semangat untuk melakukan vaksinasi warganya.

Mengentri data warga Mentawai yang sudah di vaksin menjadi salah satu yang bikin saya penasaran. Malah Mentawai bisa mengalahkan capaian vaksinasi di Kabupaten Agam yang sempat beberapa kali capaian vaksinnya terendah di Sumatera Barat. Kabupaten Agam daerahnya berada di daratan, sementara Kabupaten Mentawai rata rata warga tinggal di pulau pulau dan pelosok hutan.
Bripka Eliot Boyken Tamba,SH, Bhabinkamtibmas di Kecamatan Siberut Barat daya, Mentawai ini bercerita pengiriman data vaksin memang akan delay hingga beberapa hari. Biasanya di data secara manual terlebih dulu, bahkan bisa sampai seminggu di lokasi. Jika cuaca mulai membaik baru kembali ibukota kecamatan untuk mengtry data. Itupun menunggu signal bagus atau wifi hidup tengah malam.
Beberapa tahun ini, tower bantuan Kominfo cukup membantu warga termasuk petugas babin dan tenaga vaksinator untuk mengirim data dan laporan warga yang telah di vaksin. di desa Teleleu jika cuaca baik, listrik hidup dari jam 17.00 WIB hingga dini hari. Di Pei pei listrik mulai hidup dari jam 17.00 WIB, jika cuaca baik listrik bisa hidup lebih lama. Kalau badai, listik dan signal hp ikut ikutan hilang.

Cerita lain, dari Bripka Albertus Solok, salah satu Bhabinkamtibmas di Kecamatan Siberut Tengah, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Polisi yang lahir sebagai putra daerah, dari Desa Sirilogui, kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai bercerita ia melakukan vaksinasi hanya berdua dengan tenaga vaksinator .
Biasanya mereka melakukan vaksin dengan menggunakan boat, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor. Jika jalan untuk sepeda motor tidak ada atau sangat berlumpur maka perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki.
Sistem vaksinasi tak selamanya warga bisa dikumpulkan dalam satu tempat. Kerap dirinya dan tenaga vaksinator jeput bola dengan door to door ke rumah rumah warga. Berangkat pagi pagi sekali, dan ditargetkan menjelang malam sudah kembali ke pelabuhan. Karena penyewa boat menunggu hingga dirinya dan tenaga vaksinator pulang kembali. Ini dilakukan hampir setiap hari. Dan sampai dirumah biasanya hingga jam 22.00 WIB bahkan lebih.
Untuk mengentri data peserta vaksin, dirinya mesti menunggu wifi yang hidup saat tengah malam. Itupun wifi yang ditunggu kadang ada dan kadang tidak ada. Sementara, tower Telkomsel yang selama ini jadi harapan sebagian warga, sudah rusak berbulan bulan. Sehingga entry data akan tertunda hingga beberapa hari.
Lebih 4 bulan lebih polisi berjibaku melakukan percepatan vaksinasi. Hujan badai tetap di hadapi sebagai petugas di lapangan. Sebagai putra daerah, ia berjuang agar warga kampungnya berhasil mencapai herd immunity ( kekebalan kelompok). Agar jika covid 19 menghampiri, sudah ada senjata untuk melawan covid yang tak kelihatan secara kasat mata ini.

Walaupun Musim Anggau, Vaksinasi Harga Mati
Bripka Eliot Boyken Tamba mengatakan bulan Oktober, November dan Desember adalah bulan anggau. Musim anggau biasanya dihindari warga dan pengunjung untuk ke Mentawai karena ombaknya yang biasanya cukup tinggi. Namun tekat nya untuk mengajak warga untuk vaksin, harga mati. Untuk berangkat melakukan vaksinasi mengamati cuaca dengan sangat hati hati. Biasanya warga asli mentawai paham betul kapan akan berlayar, dan kapan harus menunda pelayaran. Sasaran vaksin di Teleleu sebanyak 2950 orang. Musim anggau disiasati untuk bisa menembus enam dusun yang cukup sulit. Rata rata tenaga vaksinator bisa memvaksin warga 250- 300 orang. Bahkan pernah kehabisan vaksin, dan terpaksa menunggu kiriman vaksin dari Tua Pejat, Ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Sebagai petugas babin, dirinya mengaku capek yang dirasakan berganti dengan rasa senang karena warga bisa divaksin. Apalagi bisa memvaksin lansia. Masyarakat bahkan banyak yang terharu, karena negara hadir hingga ke pelosok, melindungi warganya.

Mentawai di daerah 3T tapi vaksinasinya duluan capai target ?
Kapolres Mentawai, AKBP Muat mengatakan memang banyak pihak yang pesimis Mentawai bisa melakukan vaksinasi karena daerah 3 T dan geografis yang memiliki pulau pulau, serta penduduk tidak merata. Kapolres sejak awal menganggap ini sebagai tantangan dirinya dan jajarannya.
Kapolda Sumbar, Irjen Pol Teddy Minahasa di sela sela lounching lomba Sumbar Sadar Vaksin untuk anak anak umur 6- 11 tahun mengatakan, setelah memantau semua kabupaten kota di Sumbar jalannya vaksinasi, Kapolda Sumbar akan segera mengunjungi Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kapolda Sumbar mengapresiasi kerja keras Polres Mentawai yang sudah membuktikan kesulitan geografis bisa dibuktikan dengan Mentawai lebih dulu mencapai target vaksinasi.

Ads #1
Weekly Programs
Program Jam
The Broadcasters