Bank Indonesia Sumatera Barat Dampingi UMKM di Masa Pandemi
Banting stir, pelopor tenun beralih untuk memproduksi ribuan masker tenunan songket di masa pandemi. Indra Yeni salah seorang penenun sekaligus perempuan pelopor Songket Unggan Lansek Manih asal Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, adalah penenun yang penjualan kain tenunan songketnya anjlok karena dampak pandemi. Sejak pandemi, Ibu pelopor penenun songket di Kabupaten Sijunjung ini mengatakan penjualan kain songket anjlok 65-75 persen dibanding hari normal. Namun datangnya pandemi Covid 19, baginya sebagai ujian untuk tetap berdiri tegak bertahan di tengah krisis.
Wisatawan merupakan salah satu pangsa pasar tenunnya yang ia geluti hampir separuh hidupnya. Dalam wawancara dengan Radio Classy FM di acara Bicara Melawan Corona, Indra Yeni mengaku tidak bisa menjual kain songketnya dalam jumlah banyak di masa pandemi. Kemudian sejak Maret 2020, ia memutuskan beralih dengan membuat dan menjual masker tenunan songket. Hingga saat ini sudah memproduksi 4000 masker tenunan songket. Walaupun tidak tamat Sekolah Dasar (SD), dirinya tak pantang menyerah untuk selalu berinovasi di masa pandemi yang tidak tahu kapan berakhirnya.
Indra Yeni merupakan angkatan pertama program Wirausaha Bank Indonesia (Wubi) di Sumatera Barat dimulai sejak 2014. Program pendampingan selama dua tahun penuh oleh Bank Indonesia masih berlangsung hingga saat ini, dengan dampingan konsultasi bisnis. Ilmu selama dua tahun mengikuti program binaan dari BI, menjadi modalnya mengelola usaha di saat pandemi saat ini. Selama pandemi, dirinya juga mendapat pelatihan melalui virtual oleh Bank Indonesia. Ilmu mahal seperti ini ia praktekkan untuk terus berusaha bertahan di tengah pandemi. Selain tenunan songket, ia memproduksi masker sulam khas Sumatera Barat. Motif motif baru juga tetap ia rancang, agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Indra Yeni merupakan perempuan yang awalnya dibilang gila oleh lingkungan sekitar, di Nagari Unggan, Kabupaten Sijunjung karena menenun sehelai demi sehelai benang songket yang ia buat. Belajar menenun dari kampung suaminya di Kabupaten 50 kota, Sumatera Barat. Kemudian ia mengajak ibu-ibu dan anak-anak perempuan putus sekolah di Nagari Unggan, untuk menenun. Tak mudah mengajak warga menenun. Namun usahanya membuat dirinya hari ini, terus membudayakan tenunan khas Kabupaten Sijunjung.
Tak sampai disitu, ia pun mengajarkan tenunan kepada narapidana di Lapas Sijunjung. Berangsur-angsur dari Nagari Unggan, daerah terpelosok di Kabupaten Sijunjung, ia bangkit menjualkan pemasaran ke Ibukota Kabupaten Sijunjung hingga menjualnya ke Kota Padang. Pandemi ujian berat buat Ibu beranak dua ini. Kreatif, semangat, pengetahuan, mengelola keuangan menjadi modal utama bertahan di masa pandemi. Menurutnya, tidak sia-sia pelatihan dan bimbingan Bank Indonesia selama pandemi untuk UMKM seperti dirinya.
Pengamat Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang, Syafrizal Chan mengatakan, di masa pandemi UMKM memang dituntut harus kreatif. Dari menenun kain songket, kemudian memproduksi masker tenun merupakan salah satu kreatifitas yang dituntut kepada pengrajin pada saat pandemi. Karena wisatawan yang menjadi andalan Sumbar, tidak bisa berbuat banyak menaikkan penjualan tenunan songket. Usaha di tengah pandemi, harus dibarengi dengan meningkatkan kemampuan menguasai teknologi. Aktif promosi di media sosial, dan melebarkan jaringan dengan orang Minang yang tersebar di dunia. Di masa pandemi, penenun songket ini juga harus tetap merawat relasi yang sudah ada. Dan yang terpenting, menyiapkan regenerasi kepada anak untuk pengembangan usaha kreatif.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat, Wahyu Purnama di acara Bicara Melawan Corona di Radio Classy FM mengatakan Bank Indonesia berperan di masa pandemi dan resesi ekonomi. Sudah dua kali ekonomi Indonesia pada kuartal 2 dan 3 yang mengalami pertumbuhan negatif sehingga masuk ke dalam resesi ekonomi. Namun optimis di kuartal 4, sedikit ada perbaikan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat dengan berbagai hal yang dilakukan oleh Pemerintah, Bank Indonesia, dan pihak terkait.
Bank Indonesia di masa pandemi terus melakukan pendampingan. Diarahkan memanfaatkan restrukturisasi kredit yang disiapkan pemerintah di bank-bank yang ditunjuk pemerintah. Tercatat, total kredit UMKM di Sumatera Barat kisaran 19,61 Triliyun rupiah. Dengan angka realisasi 8,24 Triliyun rupiah (42%). Angka transaksi non tunai QRIS di Sumatera Barat 50 ribu lebih terutama di kota kota seperti Padang dan Bukittinggi. Berharap dengan mulai menggeliatnya ekonomi Sumatera Barat bisa memperbaiki pergerakan ekonomi di kuartal 4 tahun ini. Namun masyarakat tidak abai dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan agar ekonomi tetap bergerak positif.